Deliuzar Dt. Mangkudun Pengurus LKAAM Kecamatan Palupuh
Agam — Rencana kedatangan Ustadzah Ummi Pipik Dian Irawati dalam rangka Safari Dakwah di Masjid Taqwa Jorong Lariang, Nagari Nan Tujuah, Kecamatan Palupuh, Kabupaten Agam, Selasa (19/8/2025), dibatalkan sepihak oleh Yentri Warnis sebagai Founder atau Tim penyelenggara dari Majelis Pecinta Qur’an (MPQ) Riau.
Pembatalan ini menimbulkan kekecewaan mendalam di tengah masyarakat, terutama jamaah yang sudah mempersiapkan diri menghadiri wirid bulanan Permata BKMT Nagari Nan Tujuah.
Ketua BKMT Nagari Kecamatan, MR. Datuak Garang, menyesalkan keputusan sepihak tersebut.
“Dakwah itu jangan diukur dari banyak sedikitnya jamaah atau ada tidaknya sumbangan. Jamaah yang miskin dan jumlahnya sedikit justru harus diutamakan. Kalau dakwah hanya memilih masjid besar dan jamaah banyak, itu sama saja memperjualbelikan agama. Kami sangat kecewa,” tegasnya.
Sementara itu, Pengurus LKAAM Kecamatan Palupuh, Deliuzar Datuak Mangkudun, menilai pembatalan safari dakwah ini menciderai semangat ukhuwah.
“Kami menghargai kedatangan ustadzah ke Sumbar, tapi pembatalan sepihak ini jelas meninggalkan luka. Marwah dakwah itu keikhlasan. Jangan sampai masyarakat kecil merasa dianaktirikan hanya karena tidak mampu memberikan biaya,” ujarnya.
Sebelumnya, panitia lokal telah mengumumkan kedatangan Ummi Pipik untuk mengisi wirid bulanan di Masjid Taqwa Jorong Lariang. Namun satu menjelang acara, di Informasikan oleh Yentri Warnis melalui Nyiak Garang, bahwa kedatangan Ummi Pipit tersebut dibatalkan dengan alasan jamaah diperkirakan sedikit dan biaya tidak mencukupi.
Meski demikian, warga Nagari Nan Tujuah tetap menggelar wirid rutin sebagaimana biasanya. Mereka berharap ke depan, safari dakwah benar-benar berpijak pada niat ikhlas menebarkan ilmu agama, bukan semata-mata pertimbangan materi.
Sementara itu Juki salah seorang perantau Jorong Lariang, menyampaikan pendapatnya : berapa pedagang kecil, pedagang UMKM juga ikut menerima imbas dari dibatalkan kedatangan Ummi Pipik. Acara jadi sepi hingga dagangan tidak laku, biasanya masyarakat pedagang kecil dapat Rp.100 atau atau Rp.200 ribu, sekarang malah kanai pokok marugi, tutup Juki mengakhiri komentarnya.(Lindafang/RA)
Komentar0