SELAIN APARATUR NEGARA, MONISFAR JUGA PEMPIMPIN MASYARAKAT

Kalimat itu sering dijadikan sebagai pembuka kata pada pidato dan ceramah-ceramah Monisfar, S.Sos di bulan Ramadhan 1432 H ini. Kalimat itu berakar kuat bermakna dalam serta terpatri di hatisanubari anak nagari Ampang Gadang nan bagala "Kayo" ini. Hal itu terlihat pada tindak-tanduk kesehariannya dalam menjalankan tugas sebagai camat di kecamatan Canduang dan sebagai pemimpin bagi masyarakatnya.
Kalaulah disetiap berbuat yang menjadi pertimbangan adalah suka atau tidak suka orang lain, maka hal itu tidak akan pernah ditemui. Seperti diceritakan tentang kisah Luqman yang berjalan dengan keledai dengan anaknya.
Mendengar hal tersebut, kemudian Luqman turun dari keledainya dan menyuruh anaknya untuk menaikinya. Beberapa waktu kemudian mereka kembali bertemu orang, mereka berkata,” Lihatlah anak itu, kurang ajar sekali. Ia enak-enak naik keledai, sedangkan bapaknya dibiarkan berjalan kaki”.
Terkejut dengan perkataan orang, kemudian Luqman menyuruh anaknya menaiki keledai bersamanya. Kemudian mereka bertemu lagi dengan oranglain, yang berkata, “ Kejam sekali mereka, keledai sekecil itu dinaiki oleh dua orang”.
Sekali lagi mereka merubah posisi, sekarang keduanya berjalan di samping si keledai. Setelah beberapa saat, mereka kembali bertemu seseorang, “ Betepa bodohnya mereka, punya keledai tapi tidak dinaiki”.
“Sesungguhnya tiada terlepas seseorang itu dari percakapan manusia. Maka orang yang berakal tiadalah dia mengambil pertimbangan dari suka atau tidak sukanya orang lain, melainkan kepada Allah S.W.T semata.
Walaupun demikian halnya, namun Monisfar adalah seorang pemaaf. Walaupun kemaren ia merah muka tersinggung menahan hati, bila ia diundang menghadiri acara pernikahan di rumah orang itu, ia kan datang dengan wajah ceria seakan-akan tidak terjadi apa-apa dihari sebelumnya. Sehingga tidaklah heran bila ia mendapat tempat istimewa dalam hati masyarakat sebagai pemimpin untuk memecahkan berbagai persoalan hidup mereka. | Fitrayadi