24 C
id
Ayo gabung jadi wartawan TriargaNews.Com ! Klik Di sini! 



Monisfar “Kayo” Ide

Ia dikenal sebagai sosok low profile, karismatik dan murah senyum. Pria kelahiran Surau Kamba, 18 Oktober 1969 itu bernama Monisfar, S.Sos. Pada tanggal 28 November 2007 ia mulai bertugas di Kecamatan Canduang, sebuah kecamatan yang masih sangat muda dan terletak di sebelah utara lereng gunung Merapi. Hari-hari terakhir ini, ia tiba-tiba menjadi tokoh paling dibicarakan di Kecamatan Canduang dan Kabupaten Agam atas prestasinya terpilih sebagai Camat Berprestasi mewakili Kabupaten Agam dan lolos pada Enam Besar lomba Camat berprestasi tingkat propinsi Sumatera Barat. Sebuah prestasi yang luar biasa!

Saya pertama kali bertemu dengannya selang beberapa hari setelah ia bertugas di Kecamatan Canduang, pada suatu malam di sebuah kedai kopi depan kantor camat itu, kedai yang juga merangkap ‘kantor tak resmi’nya semenjak hari itu sampai sekarang. Pertemuan pertama yang membuat saya tertarik dengan karisma dan sikapnya yang familiar dan santai. Apabila anda berkunjung dan berurusan ke kantor camat Canduang, datanglah kapanpun, siang ataupun malam, anda tidak akan kesulitan mencari orang nomor satu di Kecamatan Canduang ini. Di luar jam dinas, carilah ia di ‘kantor tak resmi’nya itu. Untuk urusan administrasi, jangan khawatir kemalaman, karena ada dua shift para staf Camat, shift siang dan shift malam, bedanya, staf yang dinas siang adalah para staf resmi yang memiliki ‘NIP’, sementara staf yang dinas malam adalah staf yang belum atau tidak memiliki ‘NIP’, alias staf honorer atau staf ‘sukarela’

Ada beberapa perubahan besar dan hal-hal unik serta menarik yang terjadi di Kecamatan Canduang semenjak ia bertugas di Kecamatan tersebut, beberapa diantaranya: aula Kantor Camat tiba-tiba tak pernah sepi, siang ataupun malam. Ada-ada saja kegiatan terlihat di sana, mulai dari kegiatan pemuda yang hanya sekedar berkumpul untuk ‘kongkow-kongkow’, sampai pada perencanaan-perencanaan kegiatan-kegiatan serius, seperti acara MERAPI (Pameran Anak Nagari dan Pagelaran Islami) yang telah digelar dua kali hingga tahun ini. Balai adat nagari Lasi yang berada persis di samping kantor camat pun kena imbasnya, berbagai kegiatan kepemudaan telah lahir dan terlaksana di sana, seperti kegiatan yasinan, pangajian patang kamih, rabano dan bahkan pasambahan.

Diluar dari jam dinasnya sebagai Camat, suami tercinta dari Eny Warnasih ini memang seorang tokoh yang tidak pernah kering dari ide-ide cemerlang dan kegiatan-kegiatan bermanfaat bagi masyarakat Kecamatan Canduang, baik kegiatan sosial, agama, kepemudaan dan budaya, maupun kegiatan ‘sekedar’ turun ke lapangan menggali gagasan dan berkumpul ke tengah-tengah masyarakat tanpa memandang jarak, status atau perbedaan-perbedaan yang ada. Pernah ia dan para pemuda menggelar kemping setiap malam minggu selama satu tahun di objek Ekowisata Galanggang Awa nagari Lasi dalam rangka kampanye ekowisata. Ia juga sering bertandang malam-malam ke MTI Canduang yang pernah menjadi sekretariat sementara CMC. Ia juga sering terlihat memberikan ‘pengajian’ di majlis-majlis taklim yang tersebar di tiga nagari.

Canduang Media Center yang merupakan garda terdepan, sekaligus barometer program-program yang pernah digagasnya, merupakan satu dari sekian banyak catatan kesuksesannya memajukan kecamatan Canduang. Sesuai dengan kebiasaannya mendokumentasikan banyak hal yang pernah ia lalui dan temukan, Canduang Media Center menjadi lahan subur untuk tidak hanya menjadi ajang berkreasi dan ‘berkabar’ kepada keluarga besar Kecamatan canduang yang berada di rantau, lebih dari itu, Canduang Media Center tiba-tiba menjadi sebuah wadah tempat menyalurkan bakat dan minat para orang-orang muda Kecamatan Canduang dalam hal jurnalistik dan dunia IT.

Hampir tidak ada kegiatan di Kecamatan canduang yang tidak diberitakan CMC. Para perantau yang rindu kampung halaman dengan segala pernak-perniknya, dapat melepaskan kerinduannya melalui situs ini. CMC juga merupakan media paling efektif untuk menjembatani kembali keharmonisan hubungan antara perantau dengan masyarakat yang berada di kampung.

Tidak puas hanya dengan media online, Founding Father CMC ini terus ‘mewartakan’ kecamatan Canduang melalui acara Canduang Menyapa hasil kerjasama Bukittinggi televisi dengan Camat Canduang. Acara Canduang Menyapa ini sudah bisa dinikmati pemirsa televisi lokal setiap hari Rabu, minggu ketiga setiap bulan. Tidak hanya itu, ia sering di undang ke rantau untuk menghadiri acara silaturrahmi perantau di perantauan atau menfasilitasi dan menjembatani komunikasi kampung dengan rantau.

Monisfar, S.Sos, yang sehari-harinya punya kebiasaan memesan kopi ‘setengah gelas’ di ‘kantor tak resmi’nya, sering saya temukan malam-malam berada di kedai-kedai, ‘pondok rundo’, mushala, maupun balai-balai pemuda, berbaur dengan masyarakat. Hampir dalam setiap kegiatan apapun yang digelar oleh masyarakat di tiga nagari ini, ia diundang sebagai camat, atau ‘hanya’ sosok pribadi yang tiba-tiba didaulat secara tak resmi menjadi anggota panitia kegiatan-kegiatan itu, maupun menjadi ‘tokoh’ penasehat. Pegaulannya yang tak terbatas dengan masyarakat inilah yang menginspirasinya untuk menyusun program-program unggulan yang bermuara pada pengentasan kemiskinan dalam bentuk apapun di kecamatan ini. Uniknya, Pak Camat yang satu ini punya pantangan terbesar: ‘Pantang taimbau’! Kalau anda punya acara, baik acara organisasi, keagamaan, maupun sekedar acara keluarga seperti resepsi pernikahan, ‘mando’a’, shalawatan ataupun syukuran, jangan sungkan-sungkan untuk mengundangnya! Saya pastikan ia akan hadir(bahkan sering tiba lebih awal dari undangan lain). Tidak heran, ia sering terlihat di berbagai kegiatan di tengah-tengah masyarakat, bahkan di tempat-tempat terjauh dengan medan yang sulit sekalipun.

Kemampuan paling menonjol yang saya temukan pada sosok pribadi elegan tapi rendah hati ini, adalah kemampuannya dalam memberdayakan masyarakat. Tidak ada putra kecamatan Canduang yang berpotensi yang tidak akan terlihat oleh ‘mata jeli’nya untuk diberdayakan dan dirangkul untuk bersama-sama membangun kampung halaman. Di beberapa kesempatan, baik secara pribadi maupun secara umum, ia sering menekankan untuk “jangan pernah tidak menghargai orang lain walaupun ia berbeda pendapat dan prinsip dengan kita”.

Di tahun 2009, ia mulai menemukan bentuk jelas dari pengabdiannya di Kecamatan Canduang yang ia beri nama Sapta Karya Unggulan Kecamatan Canduang dan Sapta Pemberdayaan. Imbasnya, Kecamatan yang masih sangat muda ini, telah menorehkan banyak prestasi, baik tertulis atau tidak, baik yang pernah tercetak pada banyak piagam atau yang terukir dalam di hati masyarakat. Program Gerakan Amar Ma’Ruf Zakat (GEMAR Zakat) yang pernah digagasnya, tidak hanya menjadi program tertulis di atas kertas saja. Selama tiga setengah tahun kepemimpinannya, Camat Canduang beserta seksi dan lembaga terkait telah mengumpulkan dan mendistribusikan zakat sebanyak 270juta rupiah kepada 500 Kepala Keluarga yang tersebar di tiga nagari.

Salah satu inovasi kepemimpinannya yang lain yang patut dicermati adalah apresiasi dan penghargaannya terhadap tokoh-tokoh yang pernah berjasa untuk Canduang. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya piagam penghargaan yang dianugrahkan kecamatan untuk lembaga-lembaga yang ada di tingkat kecamatan maupun nagari, seperti pemberian piagam penghargaan untuk sepuluh terbaik lulusan pesantren yang ada di Kecamatan Canduang, juga piagam-piagam penghargaan lain untuk orang-orang yang berkompetensi untuk Canduang. Semua tidak terlepas dari salah satu prinsip-prinsipnya: “belajar untuk mengapresiasi dan menghargai jasa orang lain, sekecil apapun jasanya”

Lomba kompetensi camat tahun ini menjadi salah satu puncak karir putra dari pasangan bapak Syamsudin dan ibu Nirce ini. “lomba ini adalah pembuktian dari kompetensi masyarakat Kecamatan Canduang yang mampu melahirkan dan mengantar camatnya menjadi camat berprestasi”, ujar bungsu dari sembilan bersaudara ini di sela kesibukannya dan rekan-rekan mempersiapkan penyambutan tim penilai propinsi di Kecamatan Canduang. “ini adalah prestasi masyarakat Canduang, juga doa’ orang-orang tercinta yang mendukung sepenuhnya apa yang telah kita rintis ini”, lanjutnya.

Ayah dari dua orang putra ini juga menekankan betapa pentingnya sebuah pengabdian, “karena apapun tugas kita dalam kehidupan, itu merupakan amanah yang harus kita laksanakan dengan prestatif”, katanya di salah satu kesempatan. “Apa yang kita kerjakan hari ini akan menjadi catatan emas bagi masyarakat kita dan akan berimbas pada anak cucu kita kelak”, ujarnya ringan.

Salah satu rahasia sukses camat ini adalah berkat dukungan dan doa’ orang-orang tercinta yang dengan setia menjadi tumpuan cemas dan gelisahnya sampai hari ini. Salah satunya adalah doa’ Eny Warnasih, sang istri tercinta. “Uniknya”, katanya, “dulu, ibu dari anak-anak berdoa agar saya tidak menjadi camat, karena amanah pemimpin merupakan amanah terberat”, lanjutnya. “Rupanya doa’ Eny tidak terkabul, saya jadi camat dan ia kecipratan beban menggunung, seperti: terpaksa bangun larut malam membukakan pintu saat saya sering telat pulang, atau terpaksa merelakan waktu libur saya yang seharusnya untuk keluarga, saya berikan untuk mengabdikan diri pada masyarakat Canduang”, tutupnya sambil tersenyum simpul.

Kepekaan dan kepeduliannya terhadap penderitaan atau musibah yang menimpa orang lain, menjadi pamungkas segala keunikan dan gaya kepemimpinannya yang khas itu. Berbanggalah masyarakat jorong Surau Kamba khususnya, masyarakat nagari Ampang Gadang umumnya, karena memiliki putra terbaik yang telah mendedikasikan hidupnya untuk orang banyak. Dimana jejak-jejak pengabdiannya tidak hanya kita lihat di kampung halamannya, lebih dari itu, melalui pengabdian dan kecintaannya pada kecamatan Canduang, ia telah menjadi bagian tak terpisahkan dari masyarakat kecamatan belia ini, diasadari atau tidak. Selamat berkarya, Pak Camat! CMC-007 (Oleh: Akhyar Fuadi)

Postingan Lama
Postingan Lebih Baru