24 C
id
Ayo gabung jadi wartawan TriargaNews.Com ! Klik Di sini! 



67

* REAKTUALISASI NILAI-NILAI PERJUANGAN PAHLAWAN BANGSA*
Oleh: Usman, S.HI**
 Selasa, 09 November 2010

65 tahun sudah berlalu, tepatnya tanggal 9 November 1945 yang lalu pimpinan tentara sekutu menegluarkan ultimatum yang berisi bahwa semua pimpinan dan orang-orang Indonesia yang bersenjata harus melapor dan menyerahkan senjatanya di pos-pos yang telah ditentukan untuk selanjutnya menyerahkan diri dengan tangan diangkat di atas kepala. Hal ini merupakan reaksi atas tewasnya Brigadir Jendral AWS Mallaby. Ultimatum yang yang dikeluarkan oleh tentara sekutu tersebut tidak digubris oleh masyarakat Surabaya, meskipun deadline yang diberikan oleh tentara sekutu terhadap ultimatum tersebut adalah pukul 06.00 tanggal 10 November 1945. Masyarakat Surabaya yang lebih dikenal dengan Arek-arek Suroboyo bukannya tunduk dan patuh terhadap ultimatum sekutu tersebut melainkan menyusun kekuatan dan bersatu melawan, menentang dan menyerang para penjajah dengan senjata seadanya.

Bung Tomo, salah seorang pemimpin perjuangan rakyat Surabaya, dengan suara bergelegar laksana auman Singa lapar mampu membakar dan membangkitkan semangat para pejuang untuk membasmi penjajah yang memcoba menduduki Surabaya. Pertempuran berlangsung tidak seimbang, walaupun jumlah tentara sekutu lebih banyak dan dilengkapi dengan senjata yang canggih berhasil dipukul mundur dan meninggalkan tanah Surabaya berkat semangat, tekad dan perjuangan yang membara oleh Arek-arek Suroboyo. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa untuk mempertahankan tanah Surabaya, tidak sedikit dari para pejuang yang gugur dalam pertempuran sebagai kusuma bangsa. Sebagai penghargaan terhadap kegigihan pejuang Arek-arek Suroboyo dalam mempertahankan tanah Surabaya dan memukul mundur tentara sekutu, maka tanggal 10 November ditetapkan oleh pemerintah sebagai hari “Hari Pahlawan”.
 
Barangkali demikianlah sekelumit gambaran kegigihan Arek-arek Suroboyo dalam upaya mempertahankan tanah air dari penjajah. Para pejuang dengan sepenuh hati berani meninggalkan anak, isteri dan keluarga untuk memperjuangkan kemerdekaan tanah air tercinta, terbebas dari penjajahan dan penindasan. Mereka siap dan rela mengorbankan apa saja walaupun nyawa sekalipun, sebab mereka berjuang dilandasi dengan rasa pengabdian diri dan tanggung jawab sebagai seorang warga negara yang mempunyai kewajiban untuk membela negara dari rongrongan para penjajah. Bagi mereka sikap patriotisme dan nasionalisme sudah terpatri kokoh dalam  dada mereka sehingga mereka tidak mudah terhipnotis dan terlena dengan sikap paranoid.

Pembukaan UUD 1945 alinea kedua menggambarkan bahwa perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah sampailah pada saat yang berbahagia dengan selamat sentosa mengantarkan raknyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan Negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur.

Momentum hari pahwan yang diperingati setiap tanggal 10 November ini, tidak selayak dan sepantasnya dimaknai dengan sesuatu yang mengurangkan nilai suci para pejuang tersebut, apalagi bersikap tidak tahu dan tidak mau tahu dengan peristiwa yang sangat bersejarah ini. Memang tidak dapat dipungkiri fenomena yang ada saat ini, hari pahlawan “seakan” mulai terlupakan oleh semua golongan, sebagai bukti tidak sedikit generasi muda yang tidak tahu momen apa yang terjadi pada tanggal 10 November tersebut. Kecendrungan orang-orang hari ini lebih mengedepankan kepentingan individu daripada kepentingan golongan dan bangsa, walaupun mereka paham hal yang demikian bertentangan dengan amanat UUD 1945.

Sadar atau tidak, kemerdekaan yang kita kenyam sekarang merupakan warisan perjuangan tempo dulu. Kemerdekaan yang kita rasakan sekarang bukan hadiah atau hibah dari bangsa lain melainkan perjuangan panjang para pejuang yang telah mengorban harta, jiwa dan raga mereka di medan pertempuran. Oleh karena itu sudah selayak dan sepantasnya kita sebagai warga Negara yang baik mensyukuri nikmat kemerdekaan ini dengan senantiasa melestarikan semangat para pejuang tersebut dalam hal membangun dan menunjukkan jati diri sebagai bangsa yang mandiri, sebagai bangsa yang tidak mau dijajah dalam bentuk apapun serta tetap berusaha mempertahankan citra bangsa ini sebagai bangsa yang merdeka yang sejajar dengan bangsa merdeka lainnya dalam artian tidak tidak mau bergantung dan manut dengan aturan mainnya.

Warisan adalah amanat dan amanat sudah sepatut dan sepantasnya untuk dijaga dan ditunaikan. Akankah kita mendustai kemerdekaan ini? Ataukah kita akan melupakan begitu saja momentum hari pahlawan ini tanpa sedikitpun mau mereaktualisasikan nilai-nilai perjuangan para pejuang dahulu?.

Menyimak dan memerhatikan prilaku generasi muda sekarang ini, Dr. Aidh al-Qarni menyimpulkan, bahwa ada dua persoalan yang menggerogoti generasi muda. Pertama penyakit syubhat dan kedua penyakit syahwat. Penyakit syubhat lebih cendrung membuat seseorang menjadi egoisme sedangkan penyakit syahwat lebih mengarah pada prilaku anarkhis yang selalu membimbing dan mengarahkan prilaku generasi muda untuk menyalahi segala aturan yang ada.

Berangkat dari uraian di atas, sudah sewajar dan sepantasnyalah semua elemen masyarakat memikirkan solusi untuk membasmi penyakit masyarakat terutama yang telah menggerogoti generasi muda tersebut, sebab generasi muda merupakan pemegang estafet pembangunan bangsa di masa datang, calon pemimpin bangsa masa depan. Dengan demikian, akan bagaimana warna bangsa yang kita cintai ini sepuluh, duapuluh tahun yang akan datang maka jawabannya adalah generasi muda hari ini.

Sebagai bangsa yang mempunyai nilai luhur, beragama dan berketuhanan yang maha esa, harus menghormati dan menghargai jasa-jasa dan perjuangan para pahlawan yang telah gugur dalam membela dan memperjuangkan kemerdekan Negara yang kita cintai ini, sudah sepantas dan sewajarnya kita mencontoh dan meneladani mereka yang selalu bertaqwa kepada Allah, berjiwa patriotism dan nasionalisme. Barangkali, sikap seperti inilah yang perlu kita tumbuhkan dan kita pupuk dalam masyarakat sehingga “baldatun tayyibatun wa rabbun ghafur” dapat kita wujudkan.

*_Ditulis sebagai renungan hari pahlawan, Selamat Hari Pahlawan Bangsaku
**Penulis merupakan Mahasiswa Pasca Sarjana IAIN “Imam Bonjol” Padang
------------------------------------------
BIODATA PENULIS:
Nama    : Usman, S.HI
Alamat    : Jl. M. Yunus No. 123 Kel. Anduring – Kota Padang
Kontak    : 0813 63 780 868
          0878 78 161 745
Email        : oesmanjambak@yahoo.com
Site        : http://ilalanghilang.blogspot.com
http://www.usmanjambak.co.cc/p/depan.html 
Facebook    : www.facebook.com/oesmanjambak
Twitter    : www.twitter.com/usman_jbk



====================
Mohon komentar dan masukan...............!!!
Share postingan ini di facebook dan twiter anda. Click logo
Postingan Lama
Postingan Lebih Baru

5 komentar

  1. Setiap orang harus berjuang untuk menjadi pahlawan. Karena itu, hari pahlawan tidak hanya pada 10 November, tetapi berlangsung setiap hari dalam hidup kita. Setiap hari kita berjuang paling tidak menjadi pahlawan untuk diri kita sendiri dan keluarga. Artinya, kita menjadi warga yang baik dan meningkatkan prestasi dalam kehidupan masing-masing.

    Mahasiswa Universitas Trisakti yang tewas ditembak dalam perjuangan reformasi sewindu lalu adalah pahlawan, meskipun negara belum menobatkan mereka sebagai pahlawan.
    Memang tidak mudah untuk menjadi pahlawan. Mungkin lebih mudah bagi kita menjadi pahlawan bakiak, yaitu suami yang patuh (takut) kepada istrinya. Atau menjadi pahlawan kesiangan, yakni orang yang baru mau bekerja (berjuang) setelah peperangan (masa sulit) berakhir atau orang yang ketika masa perjuangan tidak melakukan apa-apa, tetapi setelah peperangan selesai menyatakan diri pejuang.

    Hari ini kita merayakan Hari Pahlawan untuk mengenang jasa para pejuang pada masa silam. Kita bertanya pada diri sendiri apakah kita rela mengorbankan diri untuk mengembangkan diri dalam bidang kita masing-masing dan mencetak prestasi dengan cara yang adil, pantas dan wajar. Itulah pahlawan sekarang.

    BalasHapus
  2. Notifikasi bagi diri kita untuk berinstropeksi, apa yang sudah kita sumbangkan untuk orang-2 di sekitar kita dan bangsa kita.

    Sebagaimana yang telah disumbangkan oleh para Pahlawan Kusuma Bangsa.

    BalasHapus
  3. mmm.. hari pahlawan...

    mungkin ini bisa jadi pengingat.. kalau dulu itu banyak yang berjuang demi berdirinya negeri ini... dan pastinya berat banget.. bukan cuma harta, tenaga.. bahkan nyawa juga rela diberikan..
    kalau kita ingat.. pasti kita gak akan menyia2kan apa yang telah diperjuangkan...
    walaupun beda bentuknya.. paling gak.. apa yang kita lakukan ada manfaat untuk negeri ini...

    semoga negeri ini akan lebih baik.. dan tidak mengecewakan para pahlawan yang telah rela berkorban....

    *kalau tulis2 di kl.. mungkin aja bisa jadi manfaat buat orang yang baca..

    BalasHapus
  4. Terima kasih sahabat semua...
    moga moment ini benar-benar menyadarkan kita dari tidur panjang yang telah membawa kita kepada sikap tidak menghargai perjuangan kusuma bangsa...

    saatnya bertanya apa yang telah saya berikan buat bangsa ini...

    Selamat Hari Pahlawan Bangsaku...

    BalasHapus
  5. Saatnya bertanya apa yang telah saya berikan buat bangsa ini
    Pemadu@ Benar saudaraQ... Kalau aku bicara begini "Saatnya berbuat apa yang bisa disumbangkan untuk bangsa ini.." tidak penting sumbangan besar, kita mulai dari yang kecil.....
    Dengan peringatan hari pahlawan, kita bangkit berjuang memperbaiki diri.....

    BalasHapus