TUMpTSOoTfrlGUY6GSr6GSW7BY==

Berbakti kepada Orang Tua, Ibadah Agung yang Mulai Dilupakan di Era Modern


 


Berbakti kepada Orang Tua, Ibadah Agung yang Mulai Dilupakan di Era Modern


Bukittinggi, Triarganews-Fenomena memudarnya kepedulian sebagian anak terhadap orang tua kini menjadi perhatian serius di tengah kehidupan modern. Padahal, dalam ajaran Islam, berbakti kepada orang tua merupakan ibadah agung yang kedudukannya berada tepat setelah mentauhidkan Allah. Nilai luhur ini seolah semakin terpinggirkan, meski Al-Qur’an dan hadis telah menegaskannya dengan sangat jelas.


Dalam Surah Luqman ayat 14, Allah memerintahkan manusia untuk bersyukur kepada-Nya dan kepada kedua orang tua. Ayat itu mengingatkan betapa berat perjuangan seorang ibu yang mengandung dalam keadaan lemah bertambah lemah, serta menyapih anaknya hingga dua tahun. Perintah tersebut bukan sekadar tuntunan moral, tetapi kewajiban yang melekat sepanjang hidup seorang anak.


Pengorbanan orang tua tidak terhitung banyaknya. Seorang ibu menahan sakit, mual, dan lelah selama sembilan bulan tanpa keluhan demi memastikan sang anak lahir selamat. Ayah bekerja keras di bawah panas, hujan, dan rasa letih untuk menyediakan makan, pendidikan, dan kehidupan yang layak. Semua dilakukan tanpa pernah meminta balasan, hanya berharap anaknya tumbuh menjadi pribadi yang bermanfaat.


Dalam sebuah kisah masyhur tentang tiga orang yang terjebak di dalam goa, salah satu di antaranya bertawasul dengan amal baktinya kepada orang tua. Ia menahan diri untuk tidak memberikan minuman kepada siapa pun sebelum kedua orang tuanya minum terlebih dahulu. Bahkan ketika ia pulang terlambat dan mendapati keduanya tertidur, ia tetap berdiri memegang susu hingga fajar, demi tidak mendahulukan siapa pun, termasuk anak-anaknya yang menangis kelaparan. Ketulusan amal itu membuat doa mereka dikabulkan dan batu besar yang menutup goa bergeser.


Rasulullah ï·º juga menegaskan, “Ridha Allah ada pada ridha kedua orang tua, dan murka Allah ada pada murka kedua orang tua.” Hadis ini menunjukkan bahwa kedudukan orang tua begitu tinggi dalam Islam. Bahkan, surga dapat diraih hanya dengan membahagiakan mereka selama masih hidup.


Namun realitas hari ini menunjukkan sebaliknya. Perilaku yang dianggap durhaka mulai dianggap biasa. Ada yang meninggikan suara kepada orang tua, menatap sinis, mencela makanan ibu, hingga menelantarkan ayah atau ibu di panti jompo dengan alasan kesibukan. Padahal, sekadar mengucap “ah” saja telah dicatat sebagai bentuk kedurhakaan dalam Islam.


Fenomena ini mengingatkan kembali pentingnya memperbaiki hubungan dengan orang tua sebelum terlambat. Doa mereka adalah keberkahan terbesar dalam hidup seorang anak, dan ridha mereka menjadi jalan lapang menuju ridha Allah. Berbakti kepada orang tua bukan hanya kewajiban agama, tetapi juga wujud kemanusiaan dan rasa terima kasih atas pengorbanan yang tidak mampu dibalas bahkan sepanjang usia.


Semoga masyarakat kembali menyadari bahwa kebahagiaan orang tua adalah ladang pahala yang terbentang luas. Tidak ada penyesalan yang lebih menyakitkan selain menyadari bakti yang terlambat ketika mereka sudah tidak lagi berada di sisi kita.

Penulis: Mela H.

Editor. : Lindafang



Komentar0

Type above and press Enter to search.