TUMpTSOoTfrlGUY6GSr6GSW7BY==

Jam Gadang dan Luka yang Terlupakan: Sejarah Berdarah di Jantung Bukittinggi


   Firdaus Wali Nagari Bukit Batabuah 


Bukittinggi — Di tengah hiruk pikuk wisata dan dentang waktu yang berulang setiap jam, Jam Gadang berdiri megah di pusat Kota Bukittinggi. Ikon kebanggaan urang awak itu selama ini dikenal sebagai penanda waktu, simbol kejayaan, dan destinasi wisata utama Sumatera Barat.

Namun, di balik keindahan dan kemegahannya, tersimpan kisah pilu yang jarang disinggung — kisah darah dan air mata yang tumpah di tanah Minangkabau pada masa pergolakan PRRI tahun 1958.


Kala itu, Bukittinggi menjadi episentrum pergolakan Pemerintahan Revolusioner Republik Indonesia (PRRI). Kota yang dulu dijuluki Parijs van Sumatra seketika berubah menjadi medan ketegangan dan ketakutan.

Ketika pasukan pemerintah pusat merebut kembali kota ini, banyak rakyat Minang yang tak sempat melarikan diri. Mereka bukan pemberontak, bukan tentara, bukan tokoh politik — hanya masyarakat biasa yang berusaha bertahan hidup di tengah situasi genting.


Tragedi berdarah pun terjadi di bawah bayang Jam Gadang.

Sebanyak 187 jiwa melayang, namun hanya 17 di antaranya yang kemudian diketahui sebagai bagian dari pasukan PRRI. Sisanya, 170 orang hanyalah rakyat biasa — pedagang, guru, mahasiswa, dan petani — yang menjadi korban salah sangka dan situasi yang kehilangan akal sehat.


Darah mereka mengalir di jalan-jalan yang kini ramai oleh wisatawan.

Tangisan ibu-ibu menggema di tangsi, di pasar, di kaki Jam Gadang.

Namun waktu berjalan, dan suara duka itu perlahan tenggelam ditelan masa.


Tak ada prasasti.

Tak ada peringatan.

Tak ada upacara mengenang mereka.

Yang tersisa hanyalah Jam Gadang,  saksi bisu dari luka kemanusiaan yang tak pernah benar-benar disembuhkan.


Kini, generasi muda mengenal Jam Gadang hanya sebagai tempat berfoto, tempat menunggu senja, atau menonton konser. Padahal, di tanah tempat mereka berpijak itu dulu pernah basah oleh darah orang Minang sendiri.

Sejarah pilu itu perlahan pudar, terkubur oleh modernitas dan euforia wisata.


Namun, seperti diungkapkan Firdaus, Walinagari Bukik Batabuah yang juga Ketua DPD KNPI Kota Bukittinggi dan Presidium Majlis Daerah KAHMI Bukittinggi, sejarah tidak pernah benar-benar mati, katanya pada awak media Sabtu (11 /10/2025).


“Kita harus berani berkata bahwa di bawah Jam Gadang yang megah itu, pernah terjadi tragedi kemanusiaan. Bukan untuk membuka luka lama, tetapi agar generasi Minang tak kehilangan nurani dan jati diri,” ujarnya.


Ia menegaskan, kisah pilu itu harus dikenang bukan dengan dendam, tetapi dengan doa dan kesadaran sejarah.


 “Anak cucu Minangkabau wajib mengingat peristiwa itu sebagai pengingat agar darah tak lagi ditumpahkan atas nama perbedaan. Jam Gadang bukan hanya lambang kota, tapi juga lambang persaudaraan yang pernah retak,” tambahnya.


Firdaus berharap, pemerintah daerah, sejarawan, dan masyarakat Bukittinggi dapat bersama-sama menggali kembali memori sejarah ini — agar Jam Gadang tidak hanya dikenang karena keindahannya, tetapi juga karena kisah kemanusiaan yang pernah bersemayam di bawahnya.


Editor: Lindafang 


Komentar1

  1. Memang di jam gadang pernah ambo dengar cerita banyak rakyat yang tidak atas perintah 📢 PENGUMUMAN UNTUK MASYARAKAT NAGARI BUKIK BATABUAH KEC.CANDUANG
    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
    Disampaikan kepada seluruh masyarakat Nagari Bukik Batabuah, bahwa Puskesmas Lasi Kecamatan Canduang kini telah resmi beroperasi selama 24 jam penuh.
    Langkah ini merupakan bukti nyata (langkah kongkrit) dari Pemerintah dalam meningkatkan pelayanan kesehatan bagi masyarakat, khususnya di wilayah Kecamatan Canduang dan sekitarnya.
    Apabila terjadi hal-hal mendesak atau darurat, seperti:
    Persalinan (melahirkan)
    Kecelakaan
    Sakit mendadak yang membutuhkan pertolongan segera,
    maka silakan langsung dibawa ke Puskesmas Lasi, yang kini siap melayani setiap saat, siang maupun malam hari.
    Sebagai bentuk dukungan terhadap peningkatan layanan kesehatan masyarakat, Pemerintah Nagari Bukik Batabuah juga telah menyiapkan kendaraan ambulans nagari yang standby 24 jam, untuk membantu masyarakat yang membutuhkan transportasi darurat menuju fasilitas kesehatan.
    Selain itu, Pemerintah Nagari se-Kecamatan Canduang bersama Kepala Puskesmas Lasi telah membangun komitmen bersama, bahwa setiap ada acara atau kegiatan keramaian di tingkat nagari akan didirikan stand pemeriksaan kesehatan gratis bagi masyarakat.
    Langkah ini bertujuan untuk mendekatkan layanan kesehatan dan meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan sejak dini.
    Peresmian operasional Puskesmas Lasi 24 jam ini telah dilakukan secara langsung oleh
    Bapak Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Agam.
    Semoga dengan adanya pelayanan dan komitmen bersama ini, masyarakat Bukik Batabuah dan sekitarnya semakin mudah, cepat, dan aman dalam pelayanan kesehatan terbaik.
    Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
    Bukik Batabuah, 10 Oktober 2025
    Pemerintah Nagari Bukik Batabuah
    Walinagari, Firdaus Sukarno, Pimpinan di tanaAhmad Yani untu menumpas PRRI

    BalasHapus

Type above and press Enter to search.